Ready Stok Jersey Grade Ori @130rb,Player issue @140rb,Ladies @125rb,minat ?????
Minat ????? CP : 2739c233/081294274997,FAST RESPON!!!!!!
Buat yang mau jadi reseller langsung aja invite pinnya,ada harga khusus,SERBU!!!!!!!!
Randy Raditya Blog
Selasa, 15 Januari 2013
Selasa, 08 Januari 2013
KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) - Teknik Mengubah Pola Pikir

Konsep Diri berarti segala yang Anda ketahui tentang diri Anda, semua apa yang Anda percayai, dan apa yang telah terjadi dalam hidup Anda terekam dalam mental hard-drive kepribadian Anda, yaitu di dalam self-concept Anda. Self-concept Anda mendahului dan memprediksi tingkat performa dan efektivitas setiap tindakan Anda. Tingkah laku nyata Anda akan selalu konsisten dengan self-concept yang terdapat di dalam diri Anda. Oleh karena itu, perbaikan di segala bidang kehidupan Anda harus dimulai dari perbaikan di dalam self-concept Anda.
TIGA BAGIAN UTAMA KONSEP DIRI
Menurut Brian Tracy, self-concept
Anda memiliki tiga bagian utama yaitu:
- Self-Ideal (Diri Ideal),
- Self-Image (Citra Diri), dan
- Self-Esteem (Jati Diri).
Ketiga
elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk kepribadian Anda,
menentukan apa yang biasa Anda pikir, rasakan, dan lakukan, serta akan
menentukan segala sesuatu yang terjadi kepada diri Anda.
Self-Ideal
(Diri Ideal)
Self-ideal adalah komponen pertama dari self-concept
Anda.
Self-ideal Anda terdiri dari :
- harapan,
- impian,
- visi,
- idaman
Self-idealterbentuk dari kebaikan,
nilai-nilai, dan sifat-sifat yang paling Anda kagumi dari diri Anda maupun dari
orang lain yang Anda hormati. Self-ideal adalah sosok seperti apa yang
paling Anda inginkan untuk bisa menjadi diri Anda, di segala bidang kehidupan
Anda. Bentuk ideal ini akan menuntun Anda dalam membentuk perilaku Anda.
Self-Image (Citra Diri)
Bagian kedua self-concept Anda adalah self-image. Bagian ini menunjukkan bagaimana Anda membayangkan diri Anda sendiri, dan menentukan bagaimana Anda akan bertingkah laku dalam satu situasi tertentu. Karena kekuatan self-image
Bagian kedua self-concept Anda adalah self-image. Bagian ini menunjukkan bagaimana Anda membayangkan diri Anda sendiri, dan menentukan bagaimana Anda akan bertingkah laku dalam satu situasi tertentu. Karena kekuatan self-image
Semua
perbaikan dalam hidup Anda akan dimulai dari perbaikan dalam self-imageself-image
Self-Esteem (Jati Diri)
self-esteem adalah seberapa besar Anda menyukai diri Anda sendiri. Semakin Anda menyukai diri Anda, semakin baik Anda akan bertindak dalam bidang apa pun yang Anda tekuni. Dan, semakin baik performansi Anda, Anda akan semakin menyukai diri Anda. Bagian ini adalah komponen emosional dalam kepribadian Anda. Komponen-komponen pentingnya :
self-esteem adalah seberapa besar Anda menyukai diri Anda sendiri. Semakin Anda menyukai diri Anda, semakin baik Anda akan bertindak dalam bidang apa pun yang Anda tekuni. Dan, semakin baik performansi Anda, Anda akan semakin menyukai diri Anda. Bagian ini adalah komponen emosional dalam kepribadian Anda. Komponen-komponen pentingnya :
- bagaimana Anda berpikir,
- bagaimana Anda merasa,
- bagaimana Anda bertingkah laku.
Coba Anda memberikan jawaban sebuah
simulasi:
- Siapa Saya?
- Mengapa saya ada?
- Apa keunggulan / kelebihan yang saya milik?
- Untuk siapa saya bekerja?
- Apa hasil/produk dari pekerjaan saya?
- Dimana saya mengerjakannya?
BAGAIMANA
ANDA AKAN MEMBENTUK
KONSEP DIRI
- Sangat ditentukan oleh sikap diri Anda sendiri. Sikap adalah kebiasaan berpikir dan oleh karenanya dapat dibentuk dan dipelajari.
- Sikap yang baik harus terus menerus dipupuk dan dikembangkan dari waktu ke waktu dengan cara mengubah cara berpikir Anda yang lama, menjadi cara berpikir yang baru dalam memandang semua hal.
TIPS : PENGEMBANGAN POLA PIKIR
- Menentukan tujuan pengembangan diri secara jelas
- Mengenali potensi pola pikir diri, (pola pikir yang mendukung / pola pikir yang menghambat)
- Mengidentifikasi virus internal dan eksternal yang menghambat pengembangan diri.
- Berani mencoba / mengambil risiko.
- Mencari feedback secara terus-menerus.
- Belajar dari pengalaman.
- Melaksanakan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
SISTEM KOMUNIKASI MASSA DAN EFEK MEDIA TERHADAP INDIVIDU
SISTEM
KOMUNIKASI MASSA DAN KHALAYAK
Komunikasi massa secara sederhana
didefinisikan sebagai komunikasi yang di lakukan dengan menggunakan media massa
pada sejumlah orang. Dengan demikian, peran media massa sepagai penyampai pesan
sekaligis sumber informasi bagi penerima pesan (khalayak) sangatlah penting.
Bagi orang perorangan media massa telah menjadi sesuatu yang hadir sangat erat dengan kehidupan sehari-hari karena berpengaruh pada prilaku sosialnya.
A. SISTEM KOMUNIKASI MASSA
DeFleur dan Dennis melihat komunikasi massa sebagai proses . Menurut mereka, terdapat lima tahap membentuk proses komunikasi massa, yaitu sebagai berikut.
1. Pesan komunikasi diformulasikan oleh komunikator-komunikator profesonal
2. Pesan komunikasi dikirimkan melalui cara yang relative cepat dan berkelanjutan melalui penggunaan media.
3. Pesan tersebutmencapai khalayak yang besar dan beragamyang memilih media dengan selektif
4. Para anggota khalayak secara individual menafsirkan pesan tersebut dengan cara sedemikian rupa sehingga merka memahami makna yang kurang lebihsejajar dengan yang di maksutkan komunikator.
5. Sebagai hasil dari pengalaman member makna ini, para anggota khalayakdipengaruhi dalam cara tertentuatau dengan kata lain, komunikasi tersebut memeberi pengaruh lain
B. PERBEDAAN KOMUNIKASI MASSA DAN KOMUNIKASI TATAP MUKA
Bagi orang perorangan media massa telah menjadi sesuatu yang hadir sangat erat dengan kehidupan sehari-hari karena berpengaruh pada prilaku sosialnya.
A. SISTEM KOMUNIKASI MASSA
DeFleur dan Dennis melihat komunikasi massa sebagai proses . Menurut mereka, terdapat lima tahap membentuk proses komunikasi massa, yaitu sebagai berikut.
1. Pesan komunikasi diformulasikan oleh komunikator-komunikator profesonal
2. Pesan komunikasi dikirimkan melalui cara yang relative cepat dan berkelanjutan melalui penggunaan media.
3. Pesan tersebutmencapai khalayak yang besar dan beragamyang memilih media dengan selektif
4. Para anggota khalayak secara individual menafsirkan pesan tersebut dengan cara sedemikian rupa sehingga merka memahami makna yang kurang lebihsejajar dengan yang di maksutkan komunikator.
5. Sebagai hasil dari pengalaman member makna ini, para anggota khalayakdipengaruhi dalam cara tertentuatau dengan kata lain, komunikasi tersebut memeberi pengaruh lain
B. PERBEDAAN KOMUNIKASI MASSA DAN KOMUNIKASI TATAP MUKA
Setelah melihat komunikasi massa sebagai sebuah proses, marilah kita melihat bagaimana komunikasi massa berbededa dari komunikasi tatap muka. Dua bentuk komunikasi ini memang sering kali dipertentangkan. Perbeadaan ini dating dari DeFleur dan Dennis. Menurut mereka, perbedaan terjadi dalam hal komunikasimenggunakan media, konsekkuensi mempunyai khalayak luas dan beragam serta pengaruh social dan cultural.
PENGARUH SOSIAL
Pengaruh sosial merujuk pada perubahan sikap
atau perilaku, sebagai hasil dari interaksi dengan orang lain. Pengaruh sosial
juga berpengaruh pada perilaku komunikasi, baik secara individual maupun
komunikasi dalam kelompok. Seberapa jauh dan mendalamnya pengaruh sosial
terhadap sikap, perilaku dan komunikasi. Berikut pembahasannya.
A.
TINGKATAN PENGARUH SOSIAL
Terdapat
perbedaan tingkat penerimaan pengaruh sosial pada individu dalam hal ini
terdapat dua kemungkinan, Anda mungkin akan menerima sepenuhnya pengaruh
pengaruh orang lain tersebut (acceptance) atau Anda hanya melakukan perubahan
secara parsial (hanya untuk memenuhi), tidak menerima pengaruh tersebut secara
utuh (compliance).
1.
Acceptance(Penerimaan)
Perubahan
yang terjadi di dalam batin kita sebagai hasil dari pengaruh sosial disebut
dengan penerimaan (acceptance). Jika seseorang atau sebuah kelompok meyakinkan
Anda untuk mempercayai dan juga bertindak seperti yang diinginkan maka
perubahan yang Anda lakukan berdasarkan proses yang terjadi di dalam batin.
Berikut merupakan bentuk – bentuk dari acceptance.
a.
Indentification (Identifikasi)
Kita
mungkin menerima pengaruh karena kita mengindentifikasi atau memihak sebuah
kelompok, individu atau karena alasan tertentu. Identifikasi membantu mempertahankan
hubungan personal antara mereka yang terlibat. Pada bentuk penerimaan ini, isi
dari perubahan keyakinan dan perilaku bukanlah suatu hal yang penting jika
dibandingkan dengan hasilnya. Contoh, Anda memihak suatu lembaga sosial dan
meenrima aturan – aturan yang ada pada lembaga tersebut meskipun Anda belum
mengetahui aturan – aturan itu secar menyeluruh.
b.
Internalization (internalisasi)
Bentuk
penerimaan yang paling dalam adalah ketika seseorang merasa yakin untuk
mempercayai perubahan sikap. Pada kasus ini, seseorang telah terinternalisasi
dengan keyakinan baru, menerima makna dan bentuk sosial. Misalnya, Anda
bergabung dengan sebuah lembaga sosial karena Anda sepakat dengan standar yang
berlaku di dalamnya (internalisasi), bukan karena Anda merasa anggota lembaga
tersebut sama dengan Anda (identifikasi).
2.
Compliance
Pada
beberapa hal, pengaruh sosial tidak begitu berdampak bagi seseorang, dan juga
tidak dapat seutuhnya mengubah sikap. Ketika Anda mengubah perilaku atau
ekspresi dari sebuah sikap, tetapi tidak menerima perubahan tersebut secara
utuh maka inilah yang disebut dengan compliance. Kita bisa mendapatkan contoh –
contoh dari compliance ini melalui pengamatan terhadap orang lain, Oleh karena
alasan inilah, para peneliti lebih membahas mengenai efek compliance;
compliance mengubah perilaku, dapat diamati, dan diukur, dengan studi – studi
yang sudah ada, sedangkan acceptance hanya dapat diketahui melalui self –
report secara jujur.
Bentuk –
bentuk compliance adalah sebagai berikut:
a.
Conformity (Konformitas)
Bentuk
compliance yang paling banyak di teliti adalah konformitas, yaitu berubahnya
sikap atau perilaku yang disebabkan adanya tekanan dari kelompok (group
pressure). Ada bebrapa kondisi dan proses yang dapat menghasilkan perubahan,
yang akan dibahas pada bagian selanjutnya.
b.
Obedience (kepatuhan)
Bentuk
yang paling menarik dari compliance adalah kepatuhan, di mana pengaruh individu
terhadap perubahan perilaku individu lainnya adalah hasil permintaan secara
langsung atua perintah.
B.
MENERIMA PENGARUH ORANG LAIN
Mengapa
kita menuruti dan terkadang menerima pengaruh orang lain? Ada dua alasan atau
standar yang dikemukakan para ahli.
1.
Pengaruh Normatif
Menurut
teori pembandingan sosial, untuk memvalidasi atau mempertegas keyakina sosial
kita, kita merundingkan atau mengonsultasikannya dengan perilaku orang lain.
Jika pengamatan kita terhadap orang lain memberi suatu pedoman dalam
berperilaku (norma) kita mungkin akan terpengaruh untuk meniru tindakan
tersebut. Standar atau norma sosial yang didapat dari kepercayaan kita kepada
orang lain akan mengarah pada pengaruh normatif.
Contoh
ketika anda hendak memutuskan kursus apa yang dipilih, mungkin anda meminta
saran dari teman. Lalu, berdasarkan saran teman itulah, Anda menentukan
pilihan, bukan berdasar kemauan anda sendiri. Ini seperti anda menyimpulkan
“Orang – orang itu tidak mungkin salah”. Pengaruh normatif terutama bergantung
pada isyarat/petunjuk sosial, misalnya ukuran kelompok spsial atau status orang
yang memberi pengaruh.
2.
Pengaruh Informasional
Terkadang
kita mengubah pikiran dan tindakan karena orang lain telah menunjukkan kita
cara/jalan yang lebih baik atau mereka memberi informasi yang berguna. Pengaruh
informasi ini tidak hanya menghasilkan compliance, tetapi juga acceptance.
Misalnya, dalam suatu proyek penelitian yang anda ikuti, anda mendiskusikan
dengan rekan – rekan tentang rencana anda untuk menganalisis data. Kemudian,
beberapa rekan menyarankan prosedur analisis data yang lebih efisien. Anda
sadar bahwa saran itu tepat, lalu anda mengubah rencana anda. Rencana anda
berubah karena anda telah terpengaruh oleh informasi yang diberikan orang lain,
bukan hanya sekedar mengikuti kemauan kelompok (seperti dalam pengaruh
normatif). Banyak bentuk konformitas (penyesuaian) yang melibatkan pengaruh
normatif dan informasi. Orang lain, melalui sifat kelompok sosial dan hubungan,
memberi kita standar normatif, dan informasi baru, dimana keduanya dapat
mempengaruhi pikiran dan perilaku kita.
C.
BENTUK – BENTUK PENGARUH SOSIAL
Ada tiga
bentuk pengaruh sosial, yaitu (1) konformitas, (2) kepatuhan, dan (3) kekuasaan
(power). Marilah kita bahas satu per satu.
1.
Konformitas
Tidaklah
mengherankan jika kita hanya sekedar mengikuti pikiran dan tindakan teman –
teman kita atau orang – orang yang kita kenal. Dari berbagai hubungan yang
dimiliki, kita mendapat berbagai manfaat, termasuk standar atau norma untuk
dapat menyesuaikan diri. Penelitian klasik telah menguji dampak dari kehidupan
orang lain, baik orang asing ataupun teman, berdasarkan dua proses, yaitu
pembentukan norma (norm formation) dan tekanan kelompok (group pressure).
Berikut
marilah kita simak dua proses tersebut dan berkaitan dengan konformitas adalah
faktor – faktor situasi yang mempengaruhi konformitas dan perbedaan individual
yang mempengaruhi kelompok.
a.
Pembentukan Norma
Norma –
norma adalah pedoman berperilaku, yang membentuk, dan mempengaruhi tindakan
kita. Akan tetapi, norma juga merupakan hasil dari interaksi sosial, yaitu
perilaku yang oleh banyak orang dikatakan sebagai populer, modern atau
“normal”. Ini berarti norma dapat dan akan berubah, dan kita dengan individu
lainnya harus terus saling mempelajari untuk menentukan norma apa yang ada dan
bagaimana harus berperilaku.
Untuk
memperjelas pemahaman tentang pembentukan norma ini, berikut dapat Anda
pelajari 1) hasil penelitian Sherif, dan 2) tentang penularan sosial (social
contagion)
1) Pada
tahun 1930-an Muzafer Sherif menguji kekuatan norma – norma yang diterima dalam
mempengaruhi perilaku. Hasil penelitian Sherif menunjukkan bahwa meskipun tidak
saling mengenal, orang menyandarkan persepsi orang lain untuk menentukan sebuah
norma, lalu menyesuaikan penilaian yang dibuatnya sendiri dengan norma
tersebut. Pembentukan norma dalam sebuah kelompok tidak hanya menghasilkan
standar bagi perilaku pada saat itu, tetapi juga mempengaruhi penilaian
individu untuk masa – masa berikutnya. Ketika kelompok baru menggantikan
kelompok lama, norma terdahulu tetap bertahan dan mempengaruhi penilaian
individu dalam
kelompok
baru tersebut. Daya tahan norma sosial ini dapat menjelaskan tradisi yang tetap
bertahan selama beberapa generasisesudah norma itu pertama kali terbentuk.
PEmbentukan norma menurut Sherif ini dapat lebih dijelaskan dengan proses
pembanding sosial, yaitu anggota kelompok, untuk dapat tampil dengan baik.
Mendasarkan diri pada pola yang diterima dari penilaian orang lain, lalu
menciptakan sebuah norma sosial. 2) Penularan sosial (social Contagion) Ketika
norma terbentuk, norma menyebar luas dengan cepat, Bukankah kita sering heran
bagaimana rumor dan lelucon dapat tersebar dengan cepat dari satu tempat ke
tempat lainnya? Penelitian menyebutkan sejumlah peristiwa yang dapat memicu
penularan sosial, yakni menyebarkan pola perilaku ke banyak orang sebagai hasil
dari interaksi yang dilakukan. Contoh, pekerja pabrik yang tidak mendapat upah
yang cukup dan tidak dalam keadaan sehat mungkin merasa mempunyai penyakit yang
berbahaya (yang imajiner). Rekan kerja yang melihatnya kemudian merasa mendapat
gejala yang sama. Penyakit yang imajiner ini, dam “gejala” yang lebih bersifat emosional
adalah model atau acuan yang dicontoh oleh pekerja pabrik lainnya. Inilah yang
dimaksud dengan “penularan”, sama seperti pekerja pabrik yang bersimpati dan
merasa sama dengan rekannya yang dipecat.
b.
Tekanan Kelompok (Group pressure)
Kebanyakan
sandi tentang conformity menemukan dampak dari kelompok terhadap individu.
Terkadang kelompok itu hadir (anggota – anggotanya hadir secara fisik). Lain
waktu mungkin kelompok tersebut imajiner, seperti ketika Anda menganggap bahwa
penonton yang lain telah mengisi bangku – bangku yang ada. Penelitian yang
paling berpengaruh dalam terhadap tekanan kelompok dilakukan oleh psikolog
sosial Solomon Asch. Pada tahun 1940-an dan 1950-an. Asch meneliti pengaruh
tekanan kelompok terhadap penilaian dan perilaku individu. Kemudian, penelitian
tersebut juga menguji pengaruh tekanan dari kelompok imajiner. Studi Asch
menyimpulkan meskipun berada diantara orang yang tidak dikenal, individu secara
sosial tepengaruh untuk melakukan
konformitas dengan norma – norma, bahkan ketika subjek dapat melihat sendiri
realitas yang ada.
Penelitian
Asch kemudian dilanjutkan oleh Crutchfield. Penelitian Asch telah menegaskan
bahwa keberadaan orang lain yang dapat terlihat secara fisik, menciptakn
tekanan kelompok untuk conform. Sedangkan Crutchfield menemukan bahwa meskipun
keberadaan orang lain itu bersifat tidak langsung, dan individu tidak
berhadapan tatap muka dengan anggota kelompok, kecenderungan dalam perilaku
kelompok menciptakan pengaruh untuk conform.
c.
Faktor – faktor situasi yang mempengaruhi konformitas
Penelitian
yang dilakukan Asch dan lainnya menemukan beberapa faktor yang dapat menentukan
konformitas, yaitu:
1)
Ukuran Kelompok Peningkatan ukuran kelompok, dari tiga hingga lima orang, juga
akan meningkatkan kecenderungan di antara para anggotanya untuk menyesuaikan
diri. 2) Kebulatan suara (Unanimity) Kelompok yang sepakat mendatangkan
penyesuaian yang lebih besar dari para anggota, dibandingkan kelompok yang
tidak bulat suaranya. Kehadiran suatu hal berbeda atau menyimpang memudahkan
anggota lain untuk tidak menyesuaikan diri. Dampak dari pemecahan penyesuaian
ini bisa dilihat dari ketika hal yang menyimpang telah meyeruakan
ketidaksepakatannya maka orang lain mendapatkan contoh dari ketidaksesuaian
yang dapat diikuti. 3) Kohesi Kelompok Kohesi kelompok adalah loyalitas
kelompok, yakni kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal
dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Kohesi kelompok merujuk
pada suatu keadaan dimana para anggota kelompok merasa saling terikat dan
memiliki nilai yang dibagi bersama. Kohesi kelompok ditantai oleh “semangat
kelompok”. Kohesi kelompok terbentuk dari dansebaliknya mempengaruhi komunikasi
dalam kelompok. Konformitas lebih besar terjadi dalam kelompok yang mempunyai
kohesi. Saling menyukai dan menikmati keberadaan oranglain dalam kelompok
membuat anda semakin sulit untuk berbeda dari pendapet kelompok. 4) Komitmen
Publik Penyesuaian lebih tinggi terjadi dalam kelompok yang penilaian dan
pilihannya dibuat dihadapan publik. Contoh, pada pemilihan kandidat yang
dilakukan secara voting dengan cara menghitung
jumlah
tangan yang teracung, anggota kelompok akan merasa mendapat tekanan untuk
menyesuaikan diri dengan opini oranglain. Ini berbeda ketika pemilihan
dilakukan secara rahsia agar seseorang akan merasa lebih aman dan lebih bebas
dari kecaman oranglain.
d.
Perbedaan individual yang mempengaruhi konformitas Perbedaan yang dimilika masing – masing
individu menyebabkan berbeda pula kecenderungan untuk menyesuaikan diri, faktor
– faktor yang mempengaruhinya untuk menyesuaikan diri, antara lain: 1) Status
Individu yang memiliki status yang lebih rendah cenderung mudah melakukan
penyesuaian, dibandingkan individu dengan status tinggi. Orang yang
berpenampilan baik dan menarik lebih mudah ditiru ketika mereka memberi contoh
yang buruk. Orang – orang yang mempunyai pekerjaan dengan status rendah lebih
mencari panduan pada atasan (superior). 2) Gender Meski banyak studi tentang
konformitas tidak memperlihatkan adanya perbedaan gender, beberapa di antaranya
mengatakan bahwa dalam kondisi tertentu, perempuan lebih konformis daripada
lelaki. Dampak dari gender ini mungkin hanyalah bentuk lain dari pengaruh
status yang lebih diungkap sebelumnya. 3) Kepribadian (personality traits)
Perbedaan kepribadian dalam perilaku sosial adalah hal yang menarik.Pertanyaan
yang cenderung diajukan adalah “Orang seperti apakah yang menyesuaikan diri?”
Bagaimanapun, usaha untuk menemukan hubungan yang tetap antare kepribadian dan
penyesuaian diri menghasilkan kesimpulan yang lemah. Beberapa studi mengatakan
bahwa orang yang kuat kebutuhannya akan persetujuab sosial (social approval) cenderung
mudah menyesuaikan diri. Umumnya, penelitian tentang “kepribadian yang
menyesuaikan diri” (conforming personalities) menyebutkan bahwa ketika situasi
untuk penyesuaian “kuat”, Kecenderungan seseorang untuk menyesuaikan diri
mungkin berkaitan dengan pola perilaku oranglain atau kecenderungan pribadi. 4)
Budaya Perbedaan budaya dan bangsa menyebabkan perbedaan nilai – nilai dan
tujuan. Sejumlah studi menunjukkan perbedaan budaya mempengaruhi konformitas.
2.
Kepatuhan
Setelah
PD II banyak orang Amerika merasa yakin bahwa apa yang terjadi di Jerman pada
masa Nazi, tidak mungkin terjadi di Amerika karena orang Jerman lebih patuh
(dibandingkan orang Amerika pada umumnya) pada pemimpi mereka walaupun pemimpin
itu seorang diktator keras seperti Adolf Hitler. Apakah ini benar? Psikolog
sosial di Universitas Yale, Stanley Milgram membuat suatu eksperimen yang
kontroversial untuk menemukan dasar dari kepatuhan (obedience) sejauh individu
akan mematuhi perintah seseorang yang tidak dikenal, tetapi memunyai wewenang.
Kesimpulan penting dari penelitian Milgram adalah bahwa situasi sosial dapat
sangat berkuasa (berpengaruh). Dalam hal ini terdapat konsep Experimental
realism, yakni realitas terhadap pengalaman yang dapat mempengaruhi kepatuhan,
dimana individu menafsirkan situasi yang sangat kuat, membuat kebanyakan
individu sulit untuk melawan. Meskipun kita terdorong untuk menanyakan “Orang
seperti apa yang akan mematuhi perintah untuk menyakiti orang yang tidak
bersalah?”, tetapi dalam psikologi sosial, pertanyaan yang lebih bermanfaat
adalah “Aspek – aspek apakah dari situasi yang mebuat orang sulit untuk tidak
mematuhi perintah?”
Penelitian
Milgram lebih lanjut mengidnetifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi kemauan
individu untuk patuh dan kemampuan untuk tidak patuh, antaralain.
a. Sosok
berwenang Semakin dekat subjek dengan
seseorang yang berwenang, semakin tinggi kemungkinan individu untuk patuh.
Beberapa studi menyatakan bahwa subjek akan menuruti perintah dari orang yang
diyakini mempunyai wewenang, dengan menilai dari pakaian (misal seragam) atau
petunjuk lain (seperti tanda pangkat, bahasa atau gelar).
b.
Dukungan kelompok Dukungan kelompok
berpengaruh terhadap kepatuhan. Makin banyak anggota kelompok yang patuh, makin
besar individu lain untuk juga patuh. Demikian pula sebaliknya.
Bentuk ketiga dari pengaruh sosial adalah
kekuasaan sosial (social power)
3.
Kekuasaan Sosial
Studi
mengenai konformitas dan kepatuhan ini tidak hanya berbeda dalam susunannya,
tetapi juga sifat kekuasaan atau power, yaitu tekanan untuk menyesuaikan diri
yang timbul dari power sebuah kelompok sosial, sementara tekanan untuk patuh
datang dari power seseorang yang berwenang.Power didefinisikan sebagai kekuatan
dari pemberi pengaruh yang menyebabkan perubahan sikap dan perilaku seseorang.
Betram Raven dkk. Mengidentifikasikan tipe power.
a.
Reward power (kekuasaan imbalan)
Pengaruh yang berdasarkan kepemilikan, yaitu kemampuan untuk memberi
sesuatu yang diinginkan oleh oranglain atau mengambil sesuatu yang tidak disukai/diinginkan
orang. Kelemahan power ini adalah membuat si pemberi pengaruh mengamati
perilaku orang yang menjadi sasaran
pengaruh, untuk mengetahui kapan memberi imbalan atas kepatuhan yang diberikan
sasaran. b. Coercive power (kekuasaan hukuman)
Power untuk menghukum. Seseorang dikatakan mempunyai coercive power atas
anda apabila ia mempengaruhi anda dengan cara mengancam akan mengambil sesuatu
dari anda atau membuat anda menderita. Kelemahannya diperlukan pengawasan dari
pemberi pengaruh terhadap perilaku sasaran atau menantang perintah. Masalah
lain dari coarcive power, yaitu tumbuhnya kebencian terhadap pemberi
pengaruh dan menghilangkan semangat
sasaran, orang yang bekerja sama dibawah ketakutan cenderung menaati tanpa
adanya acceptance. c. Legitimate power (kekuasaan legitimasi) Sebagian orang dapat mempengaruhi kita
karena adanya pengakuan dari kita bahwa mereka punya hak untuk melakukannya
disebabkan wewenang, status atau kedudukan sosial yang mereka miliki. Ini
merupakan pengaruh sosial berdasarkan kekuatan legitimasi. Contoh, seorang
dosen punya legitimae power untuk menentukan tenggat waktu pengerjaan tugas
untuk mahasiswanya. Legitimate power dibatasi oleh peran yang dimiliki
seseorang. Dosen tidak punya legitimate power untuk menjadikan mahasiswa
sebagai suruhannya. d. Referent power (Kekuasaan rujukan)
Selain peran profesional, bentuk lain dari
hubungan bisa mempunyai pengaruh sosial. DI bawah pengaruh referent power,
seseorang yang mengidentifikasikan dirinya dengan pemberi pengaruh akan
menurutinya. Referent power dapat saja dimiliki oleh teman atau anggota
keluarga kita, sebagai pengaruh sosial yang tidak langsung terhadap kita,
sebagai pengaruh sosial yang tidak langsung terhadap kita. Akan tetapin power
ini akan rapuh karena kebencian dan sikap tidak menghormati dapat memutuskan
“kendali” yang dipegang oleh pemberi pengaruh atas sasarannya. e. Expert power
(kekuasaan ahli) Didasarkan atas
keyakinan seseorang bahwa pemberi pengaruh mempunyai pengetahuan yang tinggi
atau keahlian disuatu bidang tertentu yang berkaitan. Contoh, dokter anda
menyarankan agar anada menurunkan berat badan maka anda akan menerima saran
ini, daripada saran yang sama yang diberikan oleh petugas kebersihan. Dokter
dianggap mempunyai keahlian mengenai kesehatan anda dan juga kesehatan secara
umum. Hali inilah yang membuat dokter punya expert power dalam mempengaruhi
kita tentang hal – hal yang berhubungan dengan kesehatan kita. f. Informatinal
power (kekuasaan informasional)
Seseorang yang tidak ahli sekalipun dapat mempunyai pengaruh sosial jika
ia memiliki informasi tertentu yang mendukung terjadinya perubahan seperti yang
diinginkan. Informational power ini terlihat dari si pemberi pengaruh yang
menanamkan kesan atau meyakinkan sasaran. Misalnya, sahabat anda tidak tahu
banyak tentang mobil secara umum, tetapi ia bersikeras bahwa mobil yang anda ingin beli mendapat penilain rendah dari
sebuah majalah terkemuka. Pengetahuan ini dapat mempengaruhi anda tidak jadi
membeli mobil tersebut, seperti yang disarankan sahabat anda. Seluruh tipe power tersebut mempunyai
ketergantungan secara sosial. Artinya, bergantung pada kualitas, strategi atau
modal yang dimiliki oleh pemberi pengaruh, yang dapat membuat perintah menjadi
lebih efektif. Jika seseorang yang hendah memengaruhi, tetapi tidak bisa
memberi imbalan atau hukuman kepada anda, juga bukan orang yang anda sukai atau
hormati, dan tidak memiliki keahlian atau informasi yang relevan maka orang itu
tidak memiliki power yang cukup untuk mempengaruhi anda.
D.
DAMPAK KEKUASAAN
Power
tidakhanyaberdampakpadasasarandaripengaruhsosialtetapijugaberdam
pakpadasipemberipengaruh yang mempunyai power.
1.
Dampak yang tidak mempunyai kekuasaan/tidak berdaya
Seseorang
yang secara teratur di pengaruhi untuk berperilaku seperti yang diinginkan
hanya menghasilkan compliance.Misalnya, anda mungkin menghormati atau bersikap
diam – diam anda tidak menyukai atasan tersebut. Ini mungkin solosi atas
masalah dari power yang dibicarakan sebelumnya: anda memodifikasi perilaku
untuk menipu pemberi pengaruh, tanpa benar – benar mengubah sikap anda.Akan
tetapi penelitian menyebutkan bahwa progran ketaatan perilaku waktu demi waktu,
dapat menghasilkan acceptance. Misalnya setelah seharian menerima janji
tersebut meskipun pada awalnya anda tidak memahami konsep janji atau ikrar
tersebut.
Ada dua
proses yang menyebabkan kecenderungan ini, yaitu momentum of compliance dan
behavioral commitment. Sikap anda yang seolah – olah mempercayai sesuatu dapat
berkembang menjadi peningkatan dukungan yang anda perlihatkan. Demonstrasi ini
menciptakan momentum compliance, kecenderungan yang sangat kuat untuk bersandar
pada pengaruh yang ada. Jika tindakan anda itu sangat berbeda dengan apa yang
anda rasakan maka akan tercipta perasaan ketidaksesuaian. Oleh karena setiap
tindakan yang mendapat pengaruh menunjukkan komitmen atas perilaku maka
tindakan yang sudah dikeluarkan tidak dapat ditarik kembali, tetapi anda masih
bisa mengubah sikap. Pengaruh power terhadap orang – orang yang powerless ini
dapat sangat efektif, meski awalnya menghadapi perlawanan, kerjasama sema atau
kepura – puraan.
Pengaruh
lain dari power terhadap powerless adalah sasaran dapat kehilangan rasa
kemampuan dirinya. Ebanyakan peran sosial yang kita miliki membuat kita
sekaligus menjadi pemberi pengaruh dan sasaran pengaruh dalam waktu bebeda.
Kebanyakan
peran sosial yang kita miliki membuat kita sekaligus menjadi pemberi pengaruh
dan sasaran pengaruh dalam waktu berbeda. Oleh karena itu, sebagian orang selalu powerful
atau
powerless. Contohnya, seorang supervisor yang selalu memberi perintah kepada
bawahannya, ketika dirumah, ia berada dibawah kendali orangtua atau pasangannya
2.
Dampak terhadap yang mempunyai kekuasaan
Power
dapat meningkatkan untuk meningkatkan kesempatan dan menggunakan powernya untuk
mengontrol dan merendahkan sasaran. Proses dan kecenderungan ini dapat menjadi
suatu candu dan kebiasaan yang merusak.
PERILAKU
KELOMPOK
Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa
hidup sendiri. Manusia selalu membentuk kelompok – kelompok dan dalam kelompok
itulah mereka berkomunikasi, baik antarsatu orang dengan orang lain atau satu
orang dengan sekelompok orang. Dalam
pengembangan hubungan dengan oranglain, terjadilah saling pengaruh, sikap dan
perilaku manusia berubah karena interaksi dengan orang lain.
A.
KLASIFIKASI DAN PERAN KELOMPOK Tidak
semua kumpulan orang dapat membentuk suatu kelompok. Secara psikologis sebuah
kelompok didefinisikan atas kualitas fungsional, bukan dari sifat fisiknya. Dalam psikologi sosial, suatu kelompok
terdiri dari kurang lebih dua orang ataualebih banyak yang berinteraksi,
berkomunikasi, dan mempengaruhi satu sama lain selama beberapa waktu. Meskipun definisi mengenai kelompok terlihat
luas, namun bahasan akan difokuskan pada psikologi kelompok, terutama tentang
perilakunya. Untuk dapat membentuk sebuah kelompok, sekelompok orang harus
saling berbagi bukan hanya keadaan yang sama tetapi juga persepsi dan tujuan.
Anggota kelompok menyadari keneradaannya satu sama lain, saling berinteraksi dan
mempengaruhi. Untuk berkomunikasi dengan sesama anggota, mereka harus terlibat
dalam proses mengirim dan menerima pesan selama lebih dari beberapa waktu.
Contoh, sekelompok orang yang berada dalam satu lift, bersama – sama melewati
beberapa lantai, tidak dapat dikatakan membentuk suatu kelompok. Namun, apabila
ada satu stimulus yang dapat memusatkan perhatian mereka, misalnya lift
berhebti secara mendadak antara satu dengan yang lainnya, mereka mungkin dapat
dengan cepat membentuk sebuah kelompok.
Sekelompok orang yang tidak saling berinteraksi atau mempengaruhi lebih
tepat dianggap sebagai pertemuan bukan kelompok atau hanya kumpulan
individu.
1. Peran
Kelompok
a. Identitas
Kepemilikan
dalam kelompok adalah suatu bentuk kategorisasi sosial, yaitu kelompok menjadi
satu aspek dari identitas sosial. Misalnya, ketika memperkenalkan diri pada
orang lain, mungkin anda akan mulai dengan menyebutkan sebagai mahasiswa suatu
jurusan atau universitas. Kelompok rujukan tidak hanya penting bagi identitas,
tetapi juga aspiraai. Ketika kelompok berhubungan dengan kelompok lain,
individu akan membandingkan kelompoknua sendiri dengan kelompok lain.
b.
Penyimpangan
Tujuan
kelompok terkadang dapat mengesampingkan atau bertentangan dengan tujuan
pribadi anggotanya. Seseorang yang melanggar norma kelompok demi pemuasan
kebutuhan pribadi disebut sebagai penyimpang. Menurut teori perbandingan
sosial, penting bagi para anggota kelompok untuk saling memvalidasi keyakinan.
Penyimpangmengancam validasi tersebut dengan cara merusak atau mengurangi
konsensus. Namun, pada saatnya anggota kelompok akan berkomunikasi dengan
penyimpang guna memulihkan konsensus. Jika usaha tersebut tidak berhasil maka
para anggota mulai menolak keberadaan penyimpang. Akhirya penyimpang akan
disingkirkan keluar dari kelompok, dan konsensus akan tercapai meski dengan
kurangnya anggota.
c.
Dampak sosial
Sebuah
kelompok akan lebih besar berpengaruh pada setiap anggotanya jika kuat,
pengaruhnya dekat, dan jika kelompok tersebut mempunyai jumlah yang besar.
2.
Struktur dan Fungsi Kelompok
Psikolog
sosial dari Harvard, Robert Bales, membedakan dua fungsi penting dari perilaku
kelompok, yaitu agenda tugas yang berhubungan dengan pekerjaan dan agenda
sosial yang mempertemukan kebutuhan emosional dan peran sosial anggota
kelompok. Pertemuan dua agenda tersebut dilakukan oleh kelompok dengan beberapa
struktur dan proses kunci, yaitu:
a. Norma
Norma
didefinisikan sebagai aturan atau bagi perilaku yang diharapkan dan diterima.
Kelompok mengembangkan norma – norma, bahkan secara tidak sadar, ketika mereka
menyesuaikan penilaian satu sama lain. Dalam kelompok sosial, beberapa norma
bersifat eksplisit, yaitu para anggota tahu tentang norma tersebut dan dapat
menjelaskannya kepada anggota baru. Ada pula norma implisit atau halus,
terkadang diterima begitu saja hingga pada suatu saat terdapat seseorang yang
menyimpang, yang tanpa sadar “menyebrang garis” dan menarik perhatian kelompok.
Kebnyakan kelompok mempunyai norma tentang bagaimana keputusan dibuat. b. Peran
Peran adalah seperangkat norma yang menentukan perilaku yang pantas bagi
kedudukan atau posisi sosial tertentu. Biasanya dalam kelompok terdapat peran,
baik itu peran yang luas atau peran yang lebih spesifik lagi. Adanya peran
dapat membedakan fingsi dan distribusi dalam kelompok. Penentuan peran mungkin
didasarkan pada bakat individu. Berdasarkan dua fungsi kelompok, yaitu fungsi
tugas dan sosial maka sebagai anggota kelompok mempunyai spesialisasi tugas dan
sebagian lainnya adalah spesialis sosioemosional. Peran yang diasosiasikan
dengan kehormatan atau gengsi, disebut status/posisi tinggi. Dalam kelompok ada
dua macam konflik peran yaitu konflik orang peran dan konflik antarperan. c.
Kohesi Kelompok Mungkin kualitas yang paling berpengaruh dalam interaksi
kelompok. Rasa ketertarikan dan kesetiaan yang memotivasi setiap anggota untuk
tetap berada dalam kelompok. Salah satu ilustrasi paling baik dalam menjelaskan
kohesi kelompok adalah semboyan kelompok Three musketeers, yakni all for one
and one for all. Kohesi diukur dari (1) ketertarikan anggota secara
interpersonal pada satu sama lain, (2) Ketertarikan anggota pada kegiatan dan
fungsi kelompok, dan (3) sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai
alat untuk memuaskan kebutuhan pribadinya.
Kohesi
kelompok memiliki arti penting dalam keberadaan kelompok dalam hal berikut ini.
1) Kohesi erat hubungannya dengan kepuasan. 2) Kohesi mendorong produktivitas.
3)
Kohesi mendorong semangat karena para anggota merasa diri mereka sebagai bagian
dalam kelompok. 4) Kohesi mendorong komunikasi yang efektif dan efisien karena
semua saluran terbuka.
Sebuah kelompok yang tidak kohesif akan
cenderung menunjukkan sjumlah ciri, seperti ketidaan rasa terlibat dan ketidaan
antusiasme.
3.
Proses dalam Kelompok Individu dalam konteks kelompok dapat berperilaku berbeda
dari orang lain yang bertindak secara bebas tanpa ikatan dengan kelompok
manapun. Untuk memahami dampak keterlibatan kelompok kita lihat proses kunci
dari kelompok yaitu deindividuasi, fasilitas sosial, dan sosialisasi
kelompok.
a.
Dampak terhadap kesadaran diri, deindividualisme Keterlibatan kelompok dapat
memengaruhi selfawareness dan menciptakan deindividualisasi. Kondisi ini membuat
individu kurang berpikir secara mendalam dan berperilaku sesuai kata
hati.Dampak terhadap kesadaran diri, yaitu adanya pengueangan kesadaran diri,
dapat berupa tindakan yang tidak konsisten dengan sikap individu tersebut dan
penyerapan norma kelompok yang terlihat. b. Dampak terhadap performance
(kinerja): fasilitas sosial Kehadiran orang lain dapat mendorong dan memudahkan
pelaksanaan kinerja. Ini yang dimaksud dengan pengaruh fasilitasi sosial karena
keberaddan oranglaindapat memudahkan pelaksanaan kerja. Pengaruh kehadiran
orang lain juga bergantung pada kompleksitas tugas, dengan keberadaan orang
lain mendorong pelaksanaan tugas yang sederhana, tetapi mengganggu pelaksanaan
tugas yang rumit.
c.
Sosialisasi kelompok Proses yang membuat pendatang baru untuk menjadi anggota
seutuhnya dalam sebuah kelompok adalah sisoalisasi kelompok. Sosialaisasi
berlangsung dalam serangkaian tahap, yaitu
investigasi,
sosialisasi, pemeliharaan, dan terkadang resosialisasi dan kenangan.
4.
Pembentukan Keputusan
Pembuatan
keputusan adalah salah satu kajian penting dalam kelompok. Bahkan kelompok
informal seperti teman atau rekan kerja akan menghabiskan waktu untuk membuat
keputuasan. Kelompok formal mempunyai tanggung jawab atas keputusan, seperti
bagaimana mengembangkan perusahaan atau membuat kebijakan untuk mewakili
harapan dan kebutuhan konstituen yang memilih organisasinya.
Perhatian
mendasar tentang membuat keputusan adalag apakah kelompok lebih baik dibanding
individu dalam membuat keputusan?
Terdapat
lima faktor yang dapat mempengaruhi kualitas keputusan kelompok yaitu:
a.
Tujuan Sama Sebuah keputusan akan lebih baik jika seluruh anggota kelompok
menerima tujuan yang sama. b. Pembagian Tugas Sebagian tugas lebih baik dibagi,
dan sebagian tidak. Tugas yang dibagi yang mengarah kepada delegasi yang lebih
baik dalam kelompok dan hasil akhir tercapai dengan baik pula. c. Status dan
Komunikasi Anggota dengan status lebih tinggi akan berbicara lebih banyak dan
lebih berpengaruh. Sedangkan anngota yang berstatus rendah akan tunduk pada
atasan mereka. d. Ukuran Kelompok Semakin kecil kelompok akan semakin efisien
pekerjaannya. Kelompok yang lebih besar akan mewakili lebih banyak pendapat,
tetapi setiap anggota kurang berkontribusi dalam putusan akhir. e. Heterogenitas
Kelompok Kelompok heterogen meliputi
berbagai macam perbedaan, seperti ras, gender, umur, pekerjaan, sedangkan
anggota dalam kelompok homogen lebih memiliki kesamaan satu dengan lainnya.
Dalam proses pembuatan keputusan mungkin terdapat bias, ada tiga bias sumber
yaitu:
a.
Predisposisi anggota
Dalam
mempertimbangkan sesuatu anggota kelompok mempunyai kecenderungan masing –
masing. Predisposisi anggota tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang dibuat.
b. Solusi Terendah Kebanyakan orang sulit untuk menerima kritikan oranglain
dengan nyaman, terutama ketika para anggota saling berhadapan dalam pembuatan
keputusan kelompok. Ketika diajukan solusi terendah yang dapat diterima,
anggota mendukung dan mengakhiri konflik diskusi. Ketika keputusan dicapai,
anggota lebih mudah merasionalisasinya daripada mengkritisi atau menawarkan
alternatif lain. c. Pergeseran Pilihan Jika anggota kelompok khawatir atau
cemas untuk saling sepakat Kelompok mewakili masalah yang telah banyak
dipelajari dan dikenal dengan polarisasi kelompok.
5.
Polarisasi Kelompok Berkaitan dengan pembuatan keputusan, dikenal adanya
polarisasi kelompok. Ada yang berpendapat bahwa dalam kelompok individu menjadi
kurang berani, kurang kreatif, kurang inovatif, menghindari resiko. Namun, ada
yang berpendapat orang yang berasa dalam kelompok justru cenderung lebih
berani. Biasanya yang terjadi dalam kelompok adalah apabila sebelum diskusi
kelompok para anggotanya mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu.
Sebaliknya apabila sebelum diskusi para anggota agak menentang tindakan
tertentu, setelah diskusi mereka akan menentangnya lebih keras lagi.
Menurut
Jalaludin Rahmat terdapat dua implikasi negatif polarisasi, yaitu Groupthink
syndrome adalah proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang
sangat kohesif di mana anggota – anggotanya mempertahankan konsensus kelompok
sehingga kemampuan kritisnya tidak efektif lagi.
Kedua,
adanya ekstremisme dalam kelompok
gerakan sosial dan politik dimana anggota – anggotanya memiliki pandangan yang
sama ketika mereka berdiskusi semakin
yakin tentang kebersamaan dan menyalahkan kelompok lain.
B.
KEPEMIMPINAN
Pemimpin
adalah anggota kelompok yang berpengaruh, yaitu menuntun , mengarahkan dan
memotivasi usaha yang dilakukan kelompok. Kepemimpinan merupakan perilaku dalam
kelompok yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok,
1.
Perilaku Kepemimpinan a. Spesialis
Sebagai pemimpin kompeten di kedua peran dan dapat menyeimbangkan agenda
– agenda tersebut. Sebagian lain mempunyai kelebihan pada salah satu tugas. b.
Kepemimpinan unggul Pemimpin yang
memberi yang terbaik yang ia bisa dan orang yang memerhatikan anggota -
anggotanya.
2.
Fungsi Pemimpin - Pencapaian tujuan - Pemeliharaan Kelompok - Identitas
Simbolik - Perwakilan Kelompok - Perubahan Kelompok
3. Cara
Pandang Memilih Pemimpim - Pendekatan yang baik bahwa pemimpin yang baik
dilahirkan - Pendekatan bahwa kepemimpinan adalah soal gaya - Pendekatan
Konteksual
Langganan:
Postingan (Atom)