A. ATRAKSI
INTERPERSONAL
1.
Definisi atraksi interpersonal
Kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi.
Semakin tertarik kita kepada seseorang, maka semakin besar kecenderungan kita
berkomunikasi dengan dia. Oleh karena itu, atraksi interpersonal adalah
kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Adanya daya
tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya membuat orang
yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.
2.
Teori atraksi interpersonal
Reinforcement theory
menjelaskan bahwa seseorang menyukai orang lain adalah sebagai hasil belajar.
Equity theory
menyatakan bahwa dalam suatu hubungan, manusia selalu cenderung menjaga
keseimbangan antara harga (cost) yang dikeluarkan dengan ganjaran (reward) yang
diperoleh.
Exchange theory
menjelaskan bahwa interaksi sosial diibaratkan sebagai transaksi dagang. Jika
orang kenal pada seseorang yang mendatangkan keuntungan ekonomis dan
psikologis, akan lebih disukai
Gain-loss theory
menyatakan bahwa orang cenderung lebih menyukai orang-orang yang menguntungkan
daripada orang-orang yang merugikan kita
3.
Faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal
Faktor-faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal dibagi menjadi dua,
yaitu faktor personal dan faktor situasional. Berikut ini adalah penjelasan
dari faktor-faktor tersebut, yaitu:
- Faktor-faktor
personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal
- Kesamaan
karakteristik personal
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan,
tingkat sosioekonomis, agama, dan ideologis memiliki kecenderungan saling
menyukai. Menurut teori
Cognitive consistency dari Fritz Heider dalam
Jalaluddin Rakhmat (2011), manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam
sikap dan perilakunya.
Contoh: Ketika kita sedang naik kendaraan umum dan
berjumpa dengan seorang kenalan baru. Maka percakapan kita berlangsung dan
dimulai dari masalah-masalah demografis (dimana anda tinggal, pekerjaan anda,
dll) sampai masalah-masalah politik dan sebagainya.
- Tekanan
emosional (stress)
Bila seseorang sedang dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul
tekanan emosional, maka ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Tekanan
emosional ini dibuktikan oleh Stanley Schacter dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
dengan membuat sebuah eksperimen. Ia mengumpulkan dua kelompok mahasiswi.
Kepada kelompok pertama dia menyatakan bahwa mereka akan menjadi subjek
eksperimen yang meneliti efek kejutan listrik yang sangat menyakitkan.
Sedangkan untuk kelompok kedua dia memberitahukan bahwa mereka hanya mendapat
kejutan yang ringan saja. Dari kedua kelompok tersebut Schacter menemukan bahwa
kelompok pertama memiliki kecemasan sebesar 63%, sedangkan kelompok kedua
memiliki tingkat kecemasan 33% . dari data tersebut Schacter menyimpulkan bahwa
situasi yang membuat orang cemas akan meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang.
Menurut wlster dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), bila harga diri seseorang
direndahkan, harsat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan ia
makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Orang yang rendah diri
cenderung mudah mencintai orang lain.
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mungkin tahan dengan hidup terasing
untuk beberapa waktu dan bukan untuk waktu yang lama. Isolasi sosial merupakan
pengalaman yang tidak enak. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa tingkat
isolasi sosial sangat berpengaruh terhadap kesukaan kita pada orang lain.
- Faktor-faktor
situasional
- Daya
tarik fisik (Physical
Attractiveness)
Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi
penyebab utama atraksi personal. Kita cenderung senang kepada orang-orang yang
berwajah tampan atau cantik. Mereka sangat mudah memperolah perhatian dari
lingkungan sekitarnya. Jadi, tidak salah jika banyak sekali perusahaan yang
menggunakan wanita cantik dan pria tampan untuk dijadikan pegawai dalam bagian
promosi, iklan, dan bahkan Hubungan Masyarakatnya.
Kita akan menyukai orang yang menyukai kita dan kita akan menyenangi orang
yang memuji kita. Menurut teori pertukaran sosial, interaksi sosial adalah
semacam transaksi dagang. Kita akan melanjutkan transaksi bila kita mendapatkan
laba yang banyak. Menurut Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011),
bila pergaulan kita sangat menyenangkan, sangat menguntungkan dari segi
psikologi dan ekonomis, maka kita akan saling menyenangi.
Prinsip dari
familiarity dicerminkan dalam peribahasa Indonesia,
“kalau tak kenal, maka tak sayang”. Ketika kita sering berjumpa dengan
seseorang dan tidak ada hal yang pentik untuk dibicarakan maka kita akan
menyukainya. Robert B. Zajonc dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) memperlihatkan
foto-foto wajah dalam subjek-subjek eksperimennya. Ia menemukan makin seriang
subjek melihat wajah tertentu maka ia akan menyukainnya. Dari penelitian
tersebut kemudian melahirkan sebuah teori
“more exposure” (terpaan
saja). Hipotesis itu dipakai sebagai landasan ilmiah akan pentingnya repetisi
pesan dalam mempengaruhi pendapat dan sikap.
Kedekatan ini sangat erat kaitannya dengan
familiarity. Orang
cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Orang yang
tempatnya berdekatan akan cenderung saling menyukai. Hal itu sering dianggap
biasa. Namun, dari segi psikologi itu merupakan hal yang luar biasa karena
tempat yang kelihatannya netral mampu mempengaruhi tatanan psikologis manusia.
Hal itu berarti, mereka dapat memanipulasikan tempat atau desain arsitektural
untuk menciptakan persahabatan dan simpati.
Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi
daripada kita, atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Aronson dalam Jalaluddin
Rakhmat (2011) menemukan dalam penelitian yang dilakukannya, bahwa orang yang
paling disenangi adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi, tetapi
menunjukkan beberapa kelemahan. Aronson menciptakan empat kondisi
eksperimental, yaitu:
- Orang
yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah
- Berkemampuan
tinggi tapi tidak berbuat salah
- Orang
yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah
- Orang
yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah
4.
Pengaruh atraksi interpersonal pada komunikasi interpersonal
Penafsiran pesan dan penilaian
Sudah diketahui bahwa pendapat dan penilaian kita tentang orang lain tidak
semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional. Kita juga makhluk emosional.
Oleh karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga melihat segala hal
yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya,
kita cenderung melihat karakteristik secara negative.
- Efektivitas
komunikasi
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dengan
kelompok yang banyak mamiliki kesamaan dengan kita, maqka kita akan menyenangi
mereka. Begitu juga sebaliknya. Menurut Wolosin dalam Jalaluddin Rakhmat
(2011), komunikasi akan lebih efektif bila para komunikan saling menyukai.
B.
HUBUNGAN INTERPERSONAL
1.
Definisi hubungan interpersonal
Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanay hubungan interpersonal yang
baik. Menurut Anita Taylor dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), komunikasi
interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur tetapi hubungan interpersonal
barangkali yang paling penting. Setiap melakukan komunikasi, kita bukan hanya
sekadar menyampaikan isi pesan (content), tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonal (relationship). Berikut ini adalah contoh beberapa kalimat yang
menunjukkan kadar hubungan interpersonal yang berbeda, yaitu:
- Rumahmu
dimana?
- Dimanakah
rumah anda?
- Bolehkah
saya tahu dimana rumah anda?
Pandangan bahwa komunikasi mendefinisikan hubungan interpersonal telah
dikemukakan oleh Ruesch dan Bateson (1951) pada tahun 1950-an. Gagasan ini
dipopulerkan di kalangan komunikasi oleh Waulawuck, Beavin, dan Jackson (1967).
Selain itu, para psikolog juga mulai menaruh minat yang besar pada hubungan
interpersonal seperti tampak pada tulisan Gordon W. Allport (1960), Erich Fromm
(1962), Martin Buber (1975), Carl Rogers (1951). Semua tokoh psikologi tersebut
mewakili mazhab humanistik.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin
cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin
efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
2.
Teori hubungan interpersonal
Untuk menganalisis hubungan interpersonal, menurut Goleman dan Hammen dalam
Jalaluddin Rakhmat (2011) terdapat empat buah model, yaitu:
- Model
pertukaran sosial (social
exchange model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang.
Pada model ini, orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu
yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
menyimpulkan model ini sebagai asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis
kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam
hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari
segi ganjaran dan biaya. Terdapat empat konsep pokok dalam model ini, yaitu:
Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang
dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau
dukungan terhadap nilai. Nilai suatu ganjaran berbeda antara seseorang dengan
orang lain, dan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain.
Contoh: Bagi orang miskin, uang lebih berharga
daripada ilmu pengetahuan. Sedangkan bagi orang kaya, mungkin penerimaan sosial
lebih berharga daripada uang
.
Biaya adalah akibat yang dinilai negatif, yang terjadi dalam suatu hubungan.
Biaya dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri.
Biaya juga berubah-ubah sesuai waktu dan orang yang terlibat.
Contoh: Bila seorang anak yang miskin berteman
dengan sekelompok anak yang kaya. Dalam bergaul, anak miskin ini sering diejek
oleh anak-anak kaya tersebut. Anak miskin tersebut mendapat biaya berupa
keruntuhan harga diri karena sering diejek oleh teman-temannya.
Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi dengan biaya. Bila seorang
individu merasa dalam sebuah hubungan tidak memperoleh hasil atau laba sama
sekali maka individu tersebut akan mencari hubungan yang lain.
Contoh: Apabila kita memiliki sahabat yang egois.
Kita tetap akan membantunya, sekadar agar persahabatan dengan orang
tersebut tidak putus. Bila bantuan (biaya) disini ternyata lebih besar daripada
nilai persahabatan (ganjaran) yang ditermia, maka kita rugi atau tidak mendapat
laba.
Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai
kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini
dapat berupa pengalaman masa lalu atau alternatif hubungan lain.
Contoh: Bila seorang gadis pernah berpacaran dengan
seorang pria yang berjalan sangat bahagia, tetapi akhirnya putus. Saat
berpacaran dengan pria lain, maka gadis tersebut akan mengukur ganjaran
hubungan tersebut berdasarkan pengalamannya yang dulu.
- Model
peranan (role model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara.
Disini setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “naskah” yang
telah dibuat oleh masyarakat. Terdapat empat konsep pokok yang harus
diperhatikan dalam model ini untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang
baik, yaitu:
- Ekspektasi
peranan (role expectation)
Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan
dengan posisi tertentu dalam kelompok.
Contoh: Guru diharapkan berperan sebagai pendidik
yang bermoral dan menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya.
- Tuntutan
peranan (role demands)
Tuntutan peranan adalah desakan sosial yang memaksa individu untuk memenuhi
peranan yang telah dibebankan kepadanya. Desakan sosial dapat berwujud sanksi
sosial dan dikenakan bila individu menyimpang dari perannya.
Contoh: Guru yang melakukan kekerasan pada anak
didiknya akan mendapat sanksi dari pemerintah, yang dapat berupa diberhentikan
dari tugasnya untuk mengajar.
- Keterampilan
peranan (role skills)
Keterampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu, kadang
dsebut juga kompetensi sosial. Sering dibedakan antara keterampilan kognitif
dengan keterampilan tindakan. Keterampilan kognitif menunjuk pada kemampuan
individu untuk mempersepsi apa yang diharapkan orang lain dari dirinya.
Sedangkan keterampilan tindakan menunjuk pada kemampuan melaksanakan peranan
sesuai dengan harapan.
Contoh: Guru memang diharapkan dapat berperan
sebagai pendidik yang bermoral dan menjadi teladan bagi anak didiknya. Untuk
itu seorang guru harus berusaha memberikan ilmunya semaksimal mungkin dan
menjaga perilakunya agar dapat mewujudkan harapan tersebut.
Konflik peranan terjadi bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai
tuntutan peranan yang kontradiktif.
Contoh: Seorang ayah yang juga berperan sebagai
kepala sekolah, harus memberi hukuman pada anaknya yang berbuat kesalahan di
sekolah.
- Model
permainan
Model ini berasal dari psikiater Erie Berne (19964, 1972). Analisisnya
kemudian dikenal sebagai analisis transaksional. Dalam model ini, orang-orang
berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga
bagian kepribadian manusia yaitu:
- Orang
tua (parent), adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku
yang kita terima dari orang tua kita atau orang yang kita anggap orang tua
kita.
- Orang
dewasa (adult), adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi secara
rasional.
- Anak
(child), adalah unsur kepribadian yang diambil dari perasaan dan penglaman
kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan
kesenangan.
Contoh: Suatu hari terdapat seorang
suami yang sakit dan meminta perhatian dari istrinya (kepribadian anak). Istri
tersebut merawat sang suami seperti seorang ibu (kepribadian orang tua). Namun,
bila sang istri tidak menghiraukan dan menyuruh sang suami untuk pergi ke
dokter maka inilah kepribadian orang dewasa (kepribadian anak dibalas dengan
orang dewasa).
- Model
interaksional (interactional
model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap
sistem memiliki sifat struktural, integratif, dan medan. Semua sistem, terdiri
atas subsistem-subsistem yang saling bergantung dan bertindak bersama sabagai
satu kesatuan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama,
metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang
dilakukan.
- 3.
Tahap-tahap hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal berlangsung melalui tiga tahap, yaitu:
- Pembentukan
hubungan
Tahap ini sering disebut dengan tahap perkenalan (acquaintance process).
Beberapa orang peneliti seperti Newcomb (1961), Berger (1973), Zunin (1972),
dan Duck (1976) telah menemukan hal-hal yang menarik dari proses perkenalan.
Fase pertama adalah fase kontak permulaan (initial contact phase) yang ditandai
oleh usaha dari kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi
kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali identitas, sikap, dan
nilai pihak lain. Bila terdapat kesamaan, maka mulailah dilakukan proses
pengungkapan diri. Proses saling menilik ini disebut Newcomb sebagai saling
menyelidiki (reciprocal scanning). Pada tahap ini informasi yang dicari
berkisar mengenai data demografi, usia, pekerjaan, tempat tinggal, dsb.
Menurut Charles R. Berger dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), informasi pada
tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori yaitu:
- Informasi
demografis
- Sikap
dan pendapat (tentang orang atau objek)
- Rencana
yang akan datang
- Kepribadian
- Perilaku
pada masa lalu
- Orang lain
- Hobi dan
minat
Tidak selalu informasi yang kita peroleh didapat dari komunikasi verbal.
Kita juga membentuk kesan dari petunjuk proksemik, kinesik, paralinguistic, dan
artifaktual. Menurut Willian Brooks dan Philip Emmert dalam Jalaluddin Rakhmat
(2011), kesan pertama sangat menentukan, karena itu hal-hal yang pertama
kelihatan sangat menentukan kesan pertama.
- Peneguhan
hubungan
Hubungan interpersonal tidak bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk
memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, perubahan memerlukan adanya
tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Terdapat empat
faktor yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan, yaitu:
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal
akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang keakraban yang
diperlukan.
Kontrol disini mencakup kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol
siapa, dan bilamana. Konflik terjadi pada umumnya bila masing-masing ingin berkuasa,
atau tidak ada pihak yang mau mengalah.
Ketepatan respons artinya respons A harus diikuti respons B yang sesuai.
Respons ini bukan saja berkenaan dengan pesan verbal, tapi juga pesan
nonverbal. Dalam konteks ini respons dibagi dalam dua kelompok yaitu:
1) Konfirmasi, yaitu respons yang dapat
memperteguh hubungan interpersonal. Berikut ini adalah beberapa respons yang
termasuk konfirmasi:
- Pengakuan
langsung, adalah menerima pernyataan dan memberikan respons dengan segera.
Contoh: “Saya setuju. Anda benar .“
- Perasaan
positif, adalah mengungkapkan perasaan yang positif terhadap apa yang
sudah lawan bicara katakana.
Contoh: “Terima kasih atas pujianmu.”
- Respons
meminta keterangan, adalah meminta menerangkan isi sebuah pesan.
Contoh: “Ceritakan lebih banyak tentang itu.”
- Respons
setuju, adalah memperteguh apa yang telah dikatakan.
Contoh: “Saya setuju, ini memang keputusan terbaik
untuk mereka saat ini.”
- Respons
suportif, adalah mengungkapkan pengertian, dukungan, atau kalimat yang
memperkuat.
Contoh: “Saya mengerti apa yang kamu rasakan.”
2) Diskonfirmasi, yaitu respons yang justru
merusak hubungan interpersonal. Berikut ini adalah beberapa respons yang
termasuk diskonfirmasi:
- Respons
sekilas, adalah memberikan respons pada suatu pernyataan, tetapi dengan
segera mengalihkan pembicaraan.
Contoh: “Apakah konsernya bagus?” “Lumayan. Besok ke
kampus jam berapa?”
- Respons
impersonal, adalah memberikan komentar dengan menggunakan kata ganti orang
ketiga.
Contoh: “Orang memang sering marah diperlakukan
seperti itu.”
- Respons
kosong, adalah respons yang tidak menghiraukan sama sekali baik
memeberikan sambutan verbal maupun nonverbal.
- Respons
yang tidak relevan, adalah seperti respons sekilas, yang berusaha
mengalihkan pembicaraan tanpa menghubungkan dengan pembicaraan yang ada.
Contoh: “Lagu ini enak didengar,” “Aku heran mengapa
jam segini Maya belum pulang juga. Menurut kamu kemana dia kira-kira?”
- Respons
interupsi, adalah memotong suatu pembicaraan yang sedang terjadi.
Contoh: “Maaf, bisakah kamu menjelaskan kembali
maksud dari pembicaraanmu!”
- Respons
rancu, adalah respons yang berupa kalimat-kalimat yang kacau, rancu, atau
tidak lengkap.
- Respons
kontradiktif, adalah menyampaikan pesan verbal yang bertentangan dengan
pesan nonverbal.
Contoh: Mengatakan dengan bibir mencibir dan
intonasi suara merendahkan, “Memang, bagus sekali pendapatmu.”
- Keserasian
suasana emosional
Keserasian suasana emosional sangat penting saat berlangsungnya komunikasi.
Ketika terjadi dua orang berinteraksi dengan suasana emosional yang berbeda,
maka interaksi tersebut dapat berjalan tidak stabil.
- Pemutusan
hubungan
Pemutusan hubungan dapat saja terjadi, dan juga dapat menimbulkan terjadinya
konflik. R.D. Nye dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menyebutkan terdapat lima
sumber konflik, yaitu:
- Kompetisi,
yaitu adanya salah satu pihak yang bersaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain.
- Dominasi,
yaitu adanya salah satu pihak yang berusaha mengendalikan pihak lain
sehingga orang itu merasa hak-haknya dilanggar.
- Kegagalan,
yaitu masing-masing pihak berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan
bersama tidak tercapai.
- Provokasi,
yaitu adanya salah satu pihak yang terus-menerus berbuat sesuatu yang ia
ketahui menyinggung perasaan pihak lain.
- Perbedaan
nilai, yaitu kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka
anut.
- 4.
Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi
interpersonal
Terdapat tiga faktor yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal dalam
komunikasi interpersonal, yaitu:
- Percaya
(trust)
Dari semua faktor, faktor percaya adalah yang paling penting. Menurut Giffin
dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), percaya didefinisikan sebagai mengandalkan
perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak
pasti dan dalam situasi yang penuh risiko. Definisi tersebut menyebutkan adanya
tiga unsur percaya, yaitu:
- Ada
situasi yang menimbulkan risiko
- Orang
yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa
akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain
- Orang
yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya
Manfaat menaruh rasa percaya pada orang lain adalah meningkatkan komunikasi
interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan
penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai
maksudnya. Selain itu, hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat
perkembangan hubungan interpersonal yang akrab.
Di samping faktor-faktor personal, terdapat beberapa faktor yang berhubungan
dengan sikap percaya seperti karakteristik dan maksud dari orang lain, adanya
hubungan kekuasaan, sifat dan kualitas komunikasi, serta adanya sikap jujur
dari setiap komunikan. Selain itu, terdapat juga tiga hal utama yang dapat
menumbuhkan sikap percaya dan mengembangkan komunikasi yang didasarkan pada
sikap saling percaya, yaitu:
- Menerima,
adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan berusaha
mengendalikan. Menurut Anita Taylor dalam Jalaluddin Rakhmat (2011),
menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai menusia, sebagai
individu yang patut dihargai. Menerima tidaklah berarti menyetujui semua
perilaku orang lain atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya.
- Empati,
adalah sikap yang dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak
mempunyai arti emosional bagi kita. Dalam empati, kita tidak menempatkan
diri kita pada posisi orang lain, tetapi kita ikut secara emosional dan
intelektual dalam pengalaman orang lain. Berempati artinya membayangkan
diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain.
- Kejujuran,
dapat diartikna sebagai sikap apa adanya. Menerima dan empati mungkin saja
dipersepsi salah oleh orang lain. Sikap menerima kita dapat ditanggapi
sebagai sikap tak acuh, dingin, dan tidak bersahabat. Sedangkan sikap
empati kita dapat ditanggapi sebagai pura-pura. Supaya ditanggapi
sebenarnya, maka kita harus jujur dalam mengungkapkan diri kita terhadap
orang lain. Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga, sehingga
mendorong orang lain untuk percaya pada kita.
- Sikap
suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi.
Orang yang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak
empatis. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal
(ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dsb) dan
faktor situasional (perilaku komunikasi orang lain). Jack R. Gibb dalam
Jalaluddin Rakhmat (2011) menyebutkan ada enam perilaku yang menimbulkan
perilaku suportif. Secara singkat perilaku yang menimbulkan iklim defensive dan
suportif terdapat pada daftar berikut:
Tabel 1 Perilaku yang
menimbulkan iklim defensif dan suportif
Iklim Defensif
|
Iklim Suportif
|
Evaluasi
|
Deskripsi
|
Kontrol
|
Orientasi masalah
|
Strategi
|
Spontanitas
|
Netralitas
|
Empati
|
Superioritas
|
Persamaan
|
Kepastian
|
Provisionalisme
|
Berikut ini adalah penjelasan dari daftar diatas, yaitu:
Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain (memuji atau mengecam).
Sedangkan deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi tanpa menilai.
- Kontrol
dan orientasi masalah
Perilaku kontrol artinya berusaha untuk mengubah orang lain, mengendalikan
perilakunya, mengubah sikap, pendapat, dan tindakannya. Sedangkan orientasi
masalah sebaliknya adalah mengkomunikasikan keninginan untuk bekerja sama
mencari pemecahan masalah.
Strategi adalah penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk memperngaruhi
orang lain. Sedangkan spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak
menyelimuti motif yang terpendam.
Netralitas berarti sikap impersonal yang memperlakukan orang lain tidak
sebagai persona, melainkan sebagai objek. Sedangkan empati adalah lawan dari
netralitas.
- Superioritas
dan persamaan
Superioritas artinya sikap menunjukkan lebih tunggi atau lebih baik daripada
orang lain. Sedangkan persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara
horizontal dan demokratis.
- Kepastian
dan provisionalisme
Kepastian dekat dengan sikap superioritas. Orang yang memiliki kepastian
cenderung bersikap dogmatis, ingin menang sendiri, dan melihat pendapatnya
sebagai kebenaran yang mutlak. Sedangkan provisionalisme adalah sebaliknya,
yaitu kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk mengakui bahwa
pendapat manusia adalah tempat kesalahan.
- Sikap
terbuka
Sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan nkomunikasi interpersonal
yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatisme. Menurut Brooks dan
Emmert dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), terdapat beberapa karakteristik sikap
terbuka dan dogmatis, yaitu:
Tabel 2 Karakteristik sikap
terbuka dan dogmatis
No
|
Sikap Terbuka
|
Sikap Tertutup (dogmatis)
|
1.
|
Menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dan
keajegan logika
|
Menilai pesan berdasarkan motif-motif pribadi
|
2.
|
Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dsb
|
Berpikir simplisitis, artinya berpikir kitam-putih (tanpa
nuansa)
|
3.
|
Berorientasi pada isi
|
Bersandar lebih banyak pada sumber pesan daripada isi
pesan
|
4.
|
Mencari informasi dari berbagai sumber
|
Mencari informasi tentang kepercayaan orang lain dari
sumbernya sendiri, bukan dari sumber kepercayaan orang lain
|
5.
|
Lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah
kepercayaannya
|
Secara kaku mempertahankan dan memegang teguh sistem
kepercayaannya
|
6.
|
Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan
rangkaian kepercayaannya
|
Menolak, mengabaikan, mendistorsi pesan yang tidak
konsisten dengan sistem kepercayananya
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar